Saturday, September 27, 2014

Peralatan Elektronik di Bawah AC

Mungkin semua orang tahu bahwa air merupakan penghantar listrik yang baik (konduktor) artinya seseorang dapat tersengat listrik dengan perantara air dan mungkin semua orang juga tahu bahwa peralatan listrik dapat rusak jika terkena air. Tapi nyatanya, di dalam kehidupan sehari-hari masih sering dijumpai orang gagal mengidentifikasi potensi bahaya yang muncul akibat kombinasi air dan peralatan listrik.

Suatu hari saya berkunjung ke rumah teman, karena sudah sangat akrab dia menjamu saya tidak di ruang tamu tetapi di ruang tengah rumahnya. Saya duduk di sofa yang sangat empuk yang sengaja di desain langsung berhadapan dengan televisi berlayar lebar. Di sebelah televisi tersebut ada beberapa peralatan elektronik lainnya seperti pemutar DVD, sound system lengkap dan lain-lain. Persis di belakang televisi terdapat tembok yang bagian atasnya di letakan pendingin ruangan yang hembusan anginnya langsung terasa saat duduk di sofa empuk tersebut, nyaman betul rasanya duduk di sofa tersebut apalagi jika sambil menonton film.

“Bagaimana desain ruang tengah rumah gua, mantap gak?” tanya teman saya. “Pastinya lah, apalagi lu pasti keluar biaya yang mahal untuk desain dan peralatan elektroniknya” balas saya. “Lumayan sih, imbang-imbang harga satu motor matic lah kira-kira” jawabnya lagi. “Kalau saran gua ya, bagusan AC itu lu pindahin jangan taruh di atas peralatan elektronik lu. Lu tau sendiri kan, air sering menetes dari AC kalau saluran pembuangnya mampet. Jadi sebelum karya lu lenyap dalam sekejap, mendingan lu pindahin deh tuh AC”, jawab saya lagi. “Makasih bro, selama ini udah banyak yang datang dan gw pamerin ruang tengah gw, tapi gak ada yang komentar begini. Bener banget lu” jawab teman saya merespon saran yang saya berikan. Saya senang melihat dia merespon positif saran yang saya berikan. Saat itu saya belum terpikir untuk mengambil foto desain ruang tengahnya yang kurang baik, dan selang beberapa hari saya ke rumahnya lagi, dia sudah merubah desain ruang tengahnya sesuai saran saya. Di bawah ini foto penempatan peralatan elektronik di bawah AC yang jangan rekan-rekan tiru. 




Bagian pendingin udara atau AC yang terdapat di dalam ruangan terdiri dari kumparan pipa tembaga yang pada saat AC bekerja pipa tersebut menjadi sangat dingin. Udara ruangan yang tidak dingin dan lembab yang menempel pada kumparan pipa akan mengembun dan jika sudah banyak akan menetes. Tetesan air tersebut akan jatuh pada saluran pembuangan air AC yang dapat kita lihat pada selang pembuangan air AC di bagian luar ruangan. Namun jika saluran pembuangan air AC tersumbat maka tetesan air akan memenuhi saluran pembuangan yang jika penuh akan menetes ke tempat yang tidak semestinya, biasanya ke bagian dalam ruangan/ lantai. Hal ini disebabkan kurangnya perawatan AC tersebut.

Untuk menghindari kerusakan peralatan elektronik yang anda sayangi, jangan pernah meletakan peralatan elektronik di bawah AC. Selain itu genangan air di lantai akan menjadi penghantar listrik yang baik jika ada kabel listrik yang terkelupas di tempat tersebut dan tentunya akan membahayakan penghuni rumah.



Terkadang, untuk keperluan tertentu kita sering menggunakan kabel ekstension dalam aktifitas sehari-hari. Usahakan agar tidak ada bagian dari kabel ekstension yang melewati bagian bawah AC. Jika tidak memungkinkan dan harus melewati bagian bawah AC, buat sedemikian rupa sehingga tidak ada bagian kabel yang menyentuh lantai. Untuk penggunaan kabel ekstension dalam waktu singkat, anda dapat menggantung kabel tersebut atau jika penggunaan kabel ekstension dalam waktu yang lama, anda dapat menggunakan klem paku/ cable clamp untuk mengamankan kabel tersebut.

Kiranya pengalaman saya ini bermanfaat bagi rekan-rekan yang membacanya. Mari kita identifikasi, adakah peralatan listrik di bawah AC di rumah kita? Jika “Ya” segera benahi.

Monday, September 22, 2014

Tips menggunakan pisau cutter secara aman


Dua hari lalu, anak saya yang duduk di kelas 3 SD minta bantuan dibuatkan tugas prakarya yang akan dikumpulkan besok, sambil menunjukan buku yang menjelaskan keperluan alat, bahan dan cara membuat prakarya tersebut. Tugas prakarya tersebut membuat layang-layang. Alat dan bahan yang diperlukan adalah: Benang, bambu, lem, kertas, gunting dan pisau cutter. Langkah membuat layang-layang dijelaskan cukup mendetail yang terdiri dari 7 langkah dan yang menarik perhatian saya adalah langkah yang terakhir yang berbunyi "Jangan lupa, hati-hati dalam menggunakan pisau dan bekas potongan kertas yang tidak terpakai dibuang ke tempat sampah".


Saya mengapresiasi buku tersebut karena mencantumkan aspek keselamatan dalam langkah kerja membuat layang-layang. Namun akan lebih baik lagi jika peringatan terhadap penggunaan pisau cutter diletakan pada langkah pertama membuat layang-layang sehingga pembuat layang-layang akan menyadari bahaya penggunaan pisau cutter sebelum mulai berkarya, ya kalau dalam bahasa orang K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) "Safety First".

Jika saya sebagai orang yang membuat layang-layang dan mengikuti langkah kerja satu persatu mulai dari langkah pertama, kemudian pada langkah ke-empat tangan saya terluka karena menggunakan pisau cutter lalu terus melanjutkan membuat layang-layang sampai selesai, maka pada saat membaca langkah yang ke-tujuh saya akan berkata "Sial, dari awal dong ingatkan hati-hati".

Setidaknya saya memiliki 2 pengalaman insiden yang menimpa keluarga saya karena penggunaan pisau cutter. 

Pertama terjadi pada sepupu saya, saat itu berumur 3 tahun. Tangannya terluka setelah berebut pisau cutter dengan abangnya yang sedang mengerjakan tugas prakarya. Saat sang abang sedang asik mengerjakan tugas prakarya yang kebetulan menggunakan pisau cutter, datanglah sang adik (korban) mengambil pisau cutter dari meja belajar. Bagian tajam pisau cutter tidak dimasukan kembali karena sang abang berpikir akan menggunakannya lagi sampai prakaryanya selesai. Sang adik yang tidak mengerti bahaya, mengambil pisau cutter dengan menggenggam bagian tajamnya dan secara spontan sang abang menarik pisau cutter yang bagian tajamnya sedang digenggam oleh adiknya. Empat jari sang adik mengalami luka potong dan perlu waktu lebih dari 2 minggu untuk menyembuhkan luka tersebut. Siapa yang akan disalahkan pada kejadian tersebut?

Insiden kedua terjadi pada teman sekelas saya yang waktu itu kami sama-sama duduk dibangku SMA kelas 3. Saat itu dia akan memotong kertas menggunakan pisau cutter dan penggaris besi. Setelah mengukur bagian kertas yang akan dipotong, dia membatasi garis yang akan dipotong dengan penggaris besi lalu menekannya dengan tangan kiri. Tangan kanannya memegang pisau cutter dan mulai memotong kertas mengikuti sisi kanan penggaris. Tanpa disadarinya, ujung ibu jari tangan sebelah kiri berada pada jalur potong, akibatnya ibu jarinya terkena luka potong yang cukup serius. Lalu, siapa yang akan disalahkan pada kejadian tersebut?

Kurang bijak rasanya jika mempertanyakan siapa yang salah dalam suatu insiden, karena tidak akan ada orang yang mau disalahkan. Cari apa akar masalah sehingga insiden terjadi, lalu bagaimana agar insiden tersebut tidak terulang lagi. Anda pasti pernah mengingatkan anak, keponakan, teman atau siapa pun mengenai bahaya penggunaan pisau cutter, tapi apakah anda pernah mengajari cara penggunaan pisau cutter secara aman khususnya kepada anak-anak? Apakah anak-anak mendapatkan pelajaran menggunakan pisau cutter secara aman di sekolah mereka?

Berdasarkan kedua pengalaman di atas, pelajaran yang dapat diambil agar tidak terjadi lagi adalah:

  1. Dampingi anak-anak ketika mereka akan melakukan pekerjaan menggunakan pisau cutter.
  2. Jangan biarkan bagian pemotong dari pisau cutter keluar saat tidak digunakan, langsung masukan kembali jika tidak digunakan, meskipun pekerjaan menggunakan pisau cutter belum selesai.
  3. Sebaiknya gunakan pisau cutter yang dapat masuk sendiri bila tidak digunakan (retractable cutter knife).
  4. Perhatikan posisi tangan/ jari saat akan memotong dan tidak berada pada lintasan/ jalur yang akan dipotong.
  5. Jangan menggunakan pisau cutter pada saat tangan basah atau licin.
  6. Bila memotong menggunakan penggaris, gunakan penggaris yang tebal dan bahannya tidak mudah terpotong. Semakin tebal penggaris, akan semakin aman saat memotong.
  7. Keluarkan bagian pemotong sesedikit mungkin (1 ruas pada bagian pisau).
  8. Simpan pisau cutter di tempat yang aman dan sulit dijangkau anak-anak jika sudah tidak digunakan.


Kiranya tips di atas bisa membantu melindungi orang-orang yang kita cintai dari cidera penggunaan pisau cutter.